Segala pujian kita panjatkan kepada Allah SWT. Dialah Zat yang tlh memberikan sebagian nikmat-Nya kpd kita. Di antaranya nikmat iman & Islam. Dia juga menganugerahkan kpd kita kekuatan untuk bisa merampungkan ibadah Ramadhan yang istimewa. Ramadhan di tengah wabah pandemik Corona (Covid-19).
Pada Ramadhan kali ini kesabaran kita diuji bukan sekadar oleh lapar dan dahaga. Kesabaran kita pun diuji oleh wabah pandemik Corona. Wabah ini mengharuskan kita mengikuti protokol kesehatan. Di antaranya keharusan untuk lebih banyak di rumah. Namun demikian, semua itu insya Allah tdk mengurangi kualitas ibadah kita.
Sesaat lagi kita bertemu dengan Hari Raya Idul Fitri 1441 H. Semoga Idul Fitri ini membawa keberkahan bagi kita semua. Pada hari ini sejatinya lahir pribadi-pribadi yang bertakwa. Hasil dari pelaksanaan puasa Ramadhan sebulan penuh. Sebab, demi mewujudkan takwalah puasa Ramadhan diwajibkan atas kita. Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yg beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana puasa itu pernah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa (TQS al-Baqarah [2]: 183).
Takwa yg diharapkan tentu takwa yang sebenarnya. Demikian sebagaimana yg juga Allah SWT tuntut atas diri kita:
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Hai orang-orang yg beriman, bertakwalah kepada Allah dg takwa yg sebenarnya, dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan Muslim (TQS Ali Imran [3]: 102).
Idul Fitri identik dg Hari Kemenangan. Pada hari ini kita merayakan kemenangan. Tentu kemenangan dalam mengendalikan hawa nafsu stlh sebulan penuh berpuasa.
Namun demikian, kemenangan yg hakiki bukanlah semata kita mampu menahan makan & minum serta segala hal yg membatalkan puasa selama Ramadhan. Kemenangan hakiki adalah saat ketakwaan bisa kita raih. Bisa benar-benar mewujud dalam diri kita. Demikian sebagaimana firman Allah SWT dalam QS al-Baqarah [2]: 183 di atas.
Kata taqwâ berasal dari kata waqâ. Artinya, melindungi. Kata tersebut kemudian digunakan untuk menunjuk pada sikap & tindakan untuk melindungi diri dari murka & azab Allah SWT. Caranya tentu dg menjalankan semua perintah Allah SWT & menjauhi larangan-Nya.
Pengertian takwa tersebut sebagaimana dikatakan Thalq bin Habib, seorang Tabi’in, salah satu murid Ibnu Abbas ra. Dikatakan, “Takwa adalah mengerjakan ketaatan kpd Allah SWT berdasarkan cahaya-Nya dengan mengharap pahala-Nya & meninggalkan kemaksiatan kepada Allah berdasarkan cahaya-Nya karena takut terhadap azab-Nya.” (Tafsîr Ibnu Katsîr, I/2440).
Dengan demikian takwa haruslah total. Harus mewujud dalam segala aspek kehidupan. Takwa juga bukan hanya harus ada pada tataran individual saja. Takwa pun harus ada dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Bahkan dalam hubungan luar negeri.
Iman dan takwa merupakan kunci keunggulan masyarakat Islam. Lihatlah, dengan iman dan takwa, Rasulullah saw. & para Sahabat ra. mampu mengubah masyarakat Arab Jahiliah menjadi masyarakat Islam yg unggul.
Setelah Rasulullah saw. berhasil mendirikan Negara Islam di Madinah, ketakwaan hakiki benar-benar terwujud. Lahirlah masyarakat Islam yang unggul. Wilayah Negara Islam terus meluas hingga menaungi seluruh Jazirah Arab. Negara yang diwariskan beliau ini kemudian dilanjutkan oleh Khalifah Abu Bakar ra. & para khalifah sesudahnya. Saat itu kaum Muslim, di bawah naungan Khilafah Islam, menguasai dua pertiga dunia. Khilafah saat itu sekaligus menjadi negara adidaya yang unggul di berbagai bidang selama berabad-abad lamanya.
Berbeda dengan saat ini. Kondisi umat Islam amat menyedihkan. Ini terjadi terutama sejak keruntuhan Khilafah Islam pada 1924. Di atas puing reruntuhan Khilafah, kafir penjajah berhasil memecah-belah kaum Muslim menjadi lebih dari 50 negara-bangsa. Mereka dijajah secara ideologis & sistemik. Sebagian negara bangsa tersebut menerapkan sistem kufur kerajaan. Sebagain lainnya menerapkan sistem kufur demokrasi. Semua rezimnya ada yg menjadi antek adidaya kapitalis & ada yang menjadi antek komunis.
Di negara-negara mayoritas berpenduduk kafir, kaum Muslim terus-menerus ditindas secara fisik. Kaum Muslim Kashmir disiksa oleh Hindu India. Kaum Muslim Uighur ditindas habis-habisan oleh komunis Cina. Kaum Muslim Rohingya oleh Budha Myanmar. Kaum Muslim lainnya bernasib serupa di berbagai belahan dunia. Bahkan di Timur Tengah, minoritas Yahudi Israel—di tengah-tengah mayoritas kaum Muslim yg tersekat dalam banyak negara-bangsa—sangat leluasa menjajah Muslim Palestina.
Itu semua menunjukkan peradaban Kapitalisme Barat yang menjadi adidaya saat ini, juga peradaban Komunisme Cina yang “malu-malu”, telah gagal mengayomi warga dunia. Terutama kaum Muslim. Sebaliknya, nasionalisme terbukti ampuh melemahkan 1,5 miliar kaum Muslim di seluruh dunia.
Kenyataan itu menjadi ujian ketakwaan kita kpd Allah SWT. Apa yg harus kita lakukan untuk membuktikan ketakwaan kita kepada Allah SWT? Tiada pilihan lain selain berjuang bersama mengembalikan Islam sebagai solusi kehidupan. Islamlah yang akan menyelesaikan seluruh persoalan individu, masyarakat, negara & bahkan dunia. Inilah yg tlh ditunjukkan oleh Rasulullah saw., Khulafaur Rasyidin pada masa lalu dan para khalifah sesudahnya.
Ingatlah, perubahan hanya akan terjadi ketika ada keinginan untuk berubah. Allah SWT tdk akan mengubah keadaan suatu kaum kecuali mereka mereka mau mengubah keadaan diri mereka sendiri:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Sungguh Allah tdk mengubah keadaan suatu kaum hingga kaum itu sendiri mengubah keadaan yang ada pada diri mereka (QS al-Ra’d [13]: 11).
Demikian pula jika kita mau mendapatkan pertolongan Allah SWT. Tentu kita harus menolong agama-Nya. Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Hai orang-orang yg beriman, jika kalian menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolong kalian & meneguhkan kedudukan kalian (TQS Muhammad [47]: 7).
Dengan Khilafah, seluruh syariah Islam dapat ditegakkan secara kaffah. Khilafah akan menjadi peradaban alternatif untuk menggantikan peradaban Barat yg sudah rapuh. Pandemi Corona menyingkap dengan sangat jelas betapa rapuhnya Kapitalisme global. Bahkan politisi senior Amerika Serikat, Henry Kissinger, menyatakan pandemi Corona akan mengubah tatanan dunia global selamanya.
Maka dari itu, untuk menghilangkan kezaliman dari masyarakat, Kapitalisme harus segera dicampakkan. Tatanan kehidupan saat ini harus dirombak secara menyeluruh. Diganti dengan sistem yg mewujudkan keadilan. Pengganti yang tepat dari sistem buruk Kapitalisme itu tidak lain adalah Islam.
Sistem pemerintahannya adalah Khilafah. dengan Khilafah, tentu yg menerapkan syariah Islam secara kaffah, Islam rahmatan lil ‘alamin akan dapat benar-benar kembali terwujud.
Masa bagi tegaknya kembali Khilafah itu tlh tiba. Ini sesuai dg janji Allah SWT:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ
Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal shalih di antara kalian, bahwa Dia sungguh-sungguh akan memberikan kekuasaan kepada mereka di muka bumi, sebagaimana Dia pernah memberikan kekuasaan kpd orang-orang sebelum mereka (TQS an-Nur [24]: 55).
Menurut Imam asy-Syaukani, ayat di atas adalah janji Allah SWT kepada siapa saja yang beriman dan beramal shalih, yakni bahwa Allah SWT akan memberikan kekuasaan kepada mereka, sebagaimana kekuasan itu pernah diberikan kpd kaum sebelum mereka (yang sama-sama beriman dan beramal shalih, red.). Janji ini berlaku umum bagi seluruh umat. Bukan hanya generasi Sahabat. Sebabnya, iman & amal shalih tak hanya khusus ada pada diri para Sahabat (Asy-Syaukani, Fath al-Qadir, 5/241).
Kekuasaan yg Allah SWT janjikan tentu saja Khilafah. Bukan yang lain. Pada saat Khilafah tegak, kekuasaannya akan meliputi seluruh bumi. Demikian sebagaimana dinyatakan oleh Baginda Nabi saw.:
إِنَّ اللَّهَ زَوَى لِي الْأَرْضَ فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا وَإِنَّ أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مُلْكُهَا مَا زُوِيَ لِي مِنْهَا
Sungguh Allah pernah memperlihatkan bumi kepadaku. Lalu aku pun melihat seluruh bagian timur dan baratnya. Sungguh kekuasaan umatku akan meliputi semua bagian bumi yang diperlihatkan kepadaku (HR Muslim, at-Tirmidzi & abu Dawud).
Kekuasaan (mulkuha) dalam hadis di atas tentu saja Khilafah. Bukan yang lain. Inilah kemenangan yg nyata. Pada saat itulah kaum Muslim bergembira atas pertolongan Allah SWT. Demikian sebagaimana firman-Nya:
وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ . بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ
Pada saat itu bergembiralah kaum Mukmin karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa saja yg Dia kehendaki. Dia Mahakuat lagi Maha Penyayang (QS ar-Rum [30]: 4).
Hikmah:
Pimpinan & Seluruh Staf Redaksi Buletin Kaffah dan MTI Mengucapkan:
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1441 H
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَ مِنْكُمْ صِيَامَنَا وَ صِيَامَكُمْ وَ كُلُّ عَامٍ وَ أَنْتُمْ بِخَيْرٍ
Mohon Maaf Lahir dan Batin
Sumber : Buletin Kaffah, No. 142 (29 Ramadhan 1441 H-22 Mei 2020 M)
